Nama lain dari relay adalah saklar, karena memiliki fungsi untuk memutus dan menyambungkan arus listrik dalam sebuah rangkaian.
Dewasa ini fungsi relay dapat dikembangkan dalam membuat sistem keamanan.
Sebuah penelitian membuktikan penggunaan relay efektif sebagai alat peringatan usaha pencurian dengan memanfaatkan sistem limit switch.
Relay bekerja sebagai inputan terhadap lampu-lampu dan alarm yang memperoleh aliran tegangan dari limit switch.
Bagian penyusun utama relay terdiri dari elektromagnet (coil) dan mekanikal (seperangkat kontak sakar/ switch).
Coil merupakan gulungan kawat yang mendapat aliran listrik, dan kontak adalah sejenis saklar yang beroperasi bila ada arus listrik dari coil.
Bisa dibayangkan bagaimana prinsip kerja dan pengertian relay dari penjelasan di atas? Tentu saja belum, untuk itu mari disimak ulasan lengkapnya di bawah ini.
Pengertian Relay
Pengertian relay adalah saklar, komponen elektromekanikal yang bekerja dengan cara memutuskan atau menyambungkan suatu sistem kontrol.
Sakral ini memanfaatkan tenaga listrik sebagai sumber energi untuk memberikan sinyal kepada tombol switch.
Relay bekerja berdasarkan prinsip elektromagnetik, dimana saat coil (lilitan kawat) menerima energi listrik sehingga memunculkan gaya elektromagnet yang akan menarik armature relay berpegas, lalu kontak saklar akan tertutup.
Inti dari lilitan kawat (coil) terbuat dari besi sehingga dapat menghasilkan medan magnet saat dialiri arus listrik.
Medan magnet yang terdapat pada ujung inti besi inilah yang digunakan untuk menyambung dan memutuskan saklar.
Dari penjelasan pengertian relay dapat kita pahami bahwa relay bekerja dengan sistem elektromagnetik.
Menggunakan prinsip elektromagnetik relay hanya membutuhkan arus listrik yang kecil (low power) untuk menghantarkan listrik bertegangan tinggi.
Seperti yang kita ketahui terdapat dua jenis saklar arus listrik, kuat dan lemah. Perbedaannya terletak pada bentuk.
Semakin besar saklar yang digunakan maka aliran arus listrik juga semakin besar (kuat).
Cara Kerja Relay
Empat komponen utama relay terdiri dari coil/ electromagnet (lilitan kawat), armature, switch contact point (saklar), dan spring. Setiap komponen ini memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Elektromagnet atau coil merupakan sumber tegangan saat lilitan kawat dialiri arus listrik, sehingga terbentuk medan magnet yang menarik tuas saklar.
Dengan kata lain coil yang berubah menjadi medan magnet tersebut membuat kedua ujung saklar saling terkontak yang membentuk posisi ON.
Lilitan kawat berisikan iron core (inti besi) yang memiliki fungsi utama sebagai pengendali arus listrik.
Saat coil tidak memiliki tegangan atau tidak menerima aliran listrik maka saklar (switch contact point) berada pada posisi terputus dari arus listrik (normally close/ NC).
Apabila coil memperoleh arus listrik gaya elegtromagnetik yang terbentuk akan menarik armature (tuas). Sehingga saklar akan berada pada posisi dapat menghantarkan arus listrik (normally open/ NO).
Ketika coil sudah tidak dialiri arus listrik lagi, maka armature akan kembali pada posisi normally close. Pada umumnya coil hanya membutuhkan arus listrik yang kecil untuk bisa merubah saklar ke posisi NC.
Fungsi Relay Dalam Beberapa Penggunaan
1. Fungsi Relay Pada Panel Listrik
Relay pada panel listrik biasanya berfungsi sebagai pengendali kontaktor yang memiliki kapasitas arus yang sangat besar.
Untuk mengontrol arus tersebut maka digunakan relay sebagai perantara antara PLC (programmable logic control) dengan kontaktor.
Dalam panel listrik sering terjadi intervensi disaat terdapat dua atau lebih sumber aliran listrik dalam kondisi berbeda.
Dalam kondisi ini relay digunakan sebagai interlock, sebuah sistem untuk mengamankan proses kerja pada sebuah sirkuit agar dihasilkan output dari salah satu sumber saja.
2. Fungsi Relay Pada Kendaraan Bermotor
Sama halnya seperti pada panel listrik relay pada motor atau mobil berfungsi untuk mengontrol arus yang besar.
Seperti yang kita ketahui bersama saat menyalakan motor menggunakan kunci dari kontak starter, diperlukan arus yang besar untuk memutar kontak tersebut.
Dalam hal ini kontak dipindahkan pada relay menggunakan prinsip elektromagnetik sehingga arus besar pada starter dikontrol menggunakan sumber arus kecil.
Dimana komponen relay pada kendaraan memiliki spesifikasi yang berbeda dari masing-masing produsen pabriknya.
Misal spesifikasi sebuah saklar untuk menyalakan sebuah lampu adalah 10 Ampere. Jika jumlah lampu ditambahkan maka membutuhkan arus yang lebih besar.
Dalam kasus ini relay digunakan untuk mengontrol arus agar beban saklar menjadi berkurang.
Jika dipaksakan tanpa menggunakan relay maka kemungkinan saklar akan meleleh karena arus yang diterima melebihi kapasitas kemampuannya.
Disini keuntungan lain menggunakan relay adalah dapat memperpanjang usia saklar dan dapat dipakai untuk aksesori pendukung, misal menambah klakson.
3. Fungsi Relay Pada Klakson
Relay pada klakson berfungsi untuk menjaga saklar atau switch pada kendaraan agar tidak cepat rusak.
Klakson pada mobil biasanya mengkonsumsi tenaga listrik dalam bentuk yang besar, makin jernih suara klakson makin besar arus yang digunakan.
Semakin besar pamakaian daya pada klakson semakin cepat saklar rusak (tidak awet). Misal sebuah saklar memiliki spesifikasi kapasitas 6 Ampere untuk satu buah klakson.
Jika ditambah satu klakson lagi maka arus bertambah menjadi 12 Ampere.
Agar saklar tersebut tidak rusak, digunakanlah relay untuk mengontrol arus yang besar pada saklar tersebut.
Tentu saja berimbas pada daya yang dikeluarkan oleh aki karena bertambah fungsi sebagai sumber listrik untuk relay klakson.
Jenis-Jenis Relay
Sebagai komponen elektronika relay dipasang pada saklar ataupun rangkaian elektrik lainnya.
Relay terdiri dari berbagai macam bentuk maupun ukuran sesuai dengan yang dibutuhkan oleh perangkat yang diikutinya.
Berikut beberapa jenis relay yang mungkin belum kamu ketahui:
1. Relay Elektromagnetik
Merupakan jenis relay yang paling umum dan banyak digunakan.
Sebuah bentuk relay yang dirancang menggunakan komponen mekanik, magnetik, dan elektromagnet (coil) untuk pengoperasian kontak mekanis.
Saat coil dialiri arus listrik maka kontak mekanis akan berada pada posisi NO (terbuka).
2. Relay Induksi
Relay jenis kedua ini berfungsi sebagai komponen pelindung arus listrik pada AC (tipe bolak-balik) dan DC (tipe searah).
Berbeda dengan relay elektromagnetik, pergeseran pada saklar (kontak mekanis) diperoleh dari hasil pergeseran konduktor berbentuk cawan melalui interaksi fluks pada medan magnet yang terbentuk.
3. Relay Penahan Magnetik
Fungsi tambahan dari relay ini adalah untuk menghambat terjadinya korsleting jika terjadi kelebihan arus listrik.
Pada relay ini digunakan jenis magnet permanen dengan remitansi yang tinggi, dimana saat medan magnet terbentuk setelah coil dialiri arus yang besar sekalipun, arus listrik pada output akan tetap stabil.
4. Relay Daya Tarik
Jenis relay yang banyak digunakan untuk operasi instan karena relay ini tidak memiliki waktu delay.
Saat coil menerima arus listrik maka inti besi akan tertarik dan membentuk medan magnet yang mendorong perubahan posisi pada amarture (tuas), dari OFF menjadi ON.
5. Solid State Relay (SSR)
Komponen solid state pada relay memiliki kecepatan operasi yang lebih tinggi, berukuran kecil, tidak mudah terpengaruh getaran atau goncangan, respon frekuensi, dan tidak ada bounce.
Karena beberapa kelebihan tersebut, SSR mampu melakukan operasi switching tanpa harus memindahkan bagian apapun.
6. Relay Hibrida
Jenis relay yang terdiri dari komponen elektromagnetik pada bagian ouput dan komponen elektronik lainnya pada bagian input.
Rangkaian elektronik pada bagian input berfungsi untuk kontrol serta melakukan perbaikan.
7. Relay Thermal
Sebuah relay yang berfungsi sebagai pelindung dengan memanfaatkan efek panas yang dihasilkan selama operasi berlangsung.
Sering juga disebut sebagai Thermal Overload Relay (TOR), sebuah relay yang akan mengamankan beban berlebih yang dapat merusak bagian-bagian komponen.
Disebut sebagai thermal karena relay ini akan bekerja saat suhunya sudah terpenuhi, sehingga saat panas mengenai kontak mekanis, posisi kontak akan berubah.
Pada relay ini terdapat komponen yang disebut sebagai bimetal element yang menjadi panas apabila ampere beban sudah melebih ampere settingan pada TOR.
Demikian penjelasan kami mengenai Pengertian Relay. Semoga bermanfaat.